Salah satu
aspek yang paling penting untuk menggambarkan distribusi data adalah nilai
pusat data pengamatan (Central Tendency). Setiap pengukuran aritmatika
yang ditujukan untuk menggambarkan suatu nilai yang mewakili nilai pusat atau
nilai sentral dari suatu gugus data (himpunan pengamatan) dikenal sebagai ukuran
pemusatan data (tendensi sentral). Terdapat tiga ukuran pemusatan
data yang sering digunakan, yaitu:
Ø
Mean (Rata-rata hitung/rata-rata aritmetika)
Ø
Median
Ø
Mode
Pada artikel
ini akan di bahas mengenai pengertian beberapa ukuran pemusatan data
yang dilengkapi dengan contoh perhitungan, baik untuk data tunggal ataupun data
yang sudah dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi. Selain ukuran
statistik di atas, akan dibahas juga mengenai beberapa ukuran statistik
lainnya, seperti Rata-rata Ukur (Geometric Mean), Rata-rata
Harmonik (H) serta beberapa karakteristik penting yang perlu dipahami untuk
ukuran tendensi sentral yang baik serta bagaimana memilih atau menggunakan
nilai tendensi sentral yang tepat.
Rata-rata hitung
atau arithmetic mean
atau sering disebut dengan istilah mean saja merupakan metode yang paling banyak
digunakan untuk menggambarkan ukuran tendensi sentral. Mean dihitung dengan
menjumlahkan semua nilai data pengamatan kemudian dibagi dengan banyaknya data.
Definisi tersebut dapat di nyatakan dengan persamaan berikut:
Sampel:
Populasi:
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan n = banyaknya sampel
data N = banyaknya data populasi = nilai rata-rata
sampel μ = nilai rata-rata populasi Mean dilambangkan dengan (dibaca
"x-bar") jika kumpulan data ini merupakan contoh
(sampel) dari populasi, sedangkan jika semua data berasal dari populasi, mean
dilambangkan dengan μ (huruf kecil Yunani mu).
Sampel statistik biasanya dilambangkan dengan huruf
Inggris, , sementara
parameter-parameter populasi biasanya dilambangkan dengan huruf Yunani,
misalnya μ
a. Rata-rata hitung (Mean) untuk data tunggal
Contoh 1:
Hitunglah nilai rata-rata dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut
ini: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7; 7; 8; 9
Jawab:
Nilai rata-rata dari data yang sudah dikelompokkan bisa dihitung dengan
menggunakan formula berikut:
Keterangan: ∑
= lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan fi = frekuensi
data ke-i n = banyaknya sampel data = nilai rata-rata
sampel
Contoh 2:
Berapa rata-rata hitung pada tabel frekuensi berikut:
xi
|
fi
|
70
|
5
|
69
|
6
|
45
|
3
|
80
|
1
|
56
|
1
|
Catatan:
Tabel frekuensi pada tabel di atas merupakan tabel frekuensi untuk data
tunggal, bukan tabel frekuensi dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan
selang/kelas tertentu.
Jawab:
xi
|
fi
|
fixi
|
70
|
5
|
350
|
69
|
6
|
414
|
45
|
3
|
135
|
80
|
1
|
80
|
56
|
1
|
56
|
Jumlah
|
16
|
1035
|
b. Mean dari data distribusi Frekuensi atau dari gabungan:
Distribusi
Frekuensi: Rata-rata hitung dari data yang sudah disusun
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dapat ditentukan dengan menggunakan
formula yang sama dengan formula untuk menghitung nilai rata-rata dari data
yang sudah dikelompokkan, yaitu:
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan fi =
frekuensi data ke-i = nilai rata-rata
sampel
Contoh 3:
Tabel berikut ini adalah nilai ujian statistik 80 mahasiswa yang sudah
disusun dalam tabel frekuensi. Berbeda dengan contoh 2, pada contoh ke-3 ini,
tabel distribusi frekuensi dibuat dari data yang sudah dikelompokkan
berdasarkan selang/kelas tertentu (banyak kelas = 7 dan panjang kelas = 10).
Kelas
ke -
|
Nilai
Ujian
|
fi
|
1
|
31
- 40
|
2
|
2
|
41
- 50
|
3
|
3
|
51
- 60
|
5
|
4
|
61
- 70
|
13
|
5
|
71
- 80
|
24
|
6
|
81
- 90
|
21
|
7
|
91
- 100
|
12
|
Jumlah
|
80
|
Jawab:
Buat daftar tabel berikut, tentukan nilai pewakilnya (xi) dan
hitung fixi.
Kelas
ke-
|
Nilai
Ujian
|
fi
|
xi
|
fixi
|
1
|
31
- 40
|
2
|
35.5
|
71.0
|
2
|
41
- 50
|
3
|
45.5
|
136.5
|
3
|
51
- 60
|
5
|
55.5
|
277.5
|
4
|
61
- 70
|
13
|
65.5
|
851.5
|
5
|
71
- 80
|
24
|
75.5
|
1812.0
|
6
|
81
- 90
|
21
|
85.5
|
1795.5
|
7
|
91
- 100
|
12
|
95.5
|
1146.0
|
Jumlah
|
80
|
6090.0
|
Catatan:
Pendekatan perhitungan nilai rata-rata hitung dengan menggunakan distribusi
frekuensi kurang akurat dibandingkan dengan cara perhitungan rata-rata hitung
dengan menggunakan data aktualnya. Pendekatan ini seharusnya hanya digunakan
apabila tidak memungkinkan untuk menghitung nilai rata-rata hitung dari sumber
data aslinya.
Rata-rata Gabungan atau rata-rata terboboti (Weighted Mean)
Rata-rata gabungan (disebut juga grand mean, pooled mean,
atau rata-rata umum) adalah cara yang tepat untuk menggabungkan
rata-rata hitung dari beberapa sampel.
Contoh 4:
Tiga sub sampel masing-masing berukuran 10, 6, 8 dan rata-ratanya 145, 118,
dan 162. Berapa rata-ratanya?
Jawab:
(2) Median
Median dari n pengukuran atau pengamatan x1, x2
,..., xn adalah nilai pengamatan yang terletak di tengah gugus data
setelah data tersebut diurutkan. Apabila banyaknya pengamatan (n)
ganjil, median terletak tepat ditengah gugus data, sedangkan bila n
genap, median diperoleh dengan cara interpolasi yaitu rata-rata dari dua data
yang berada di tengah gugus data. Dengan demikian, median membagi himpunan
pengamatan menjadi dua bagian yang sama besar, 50% dari pengamatan terletak di
bawah median dan 50% lagi terletak di atas median. Median sering dilambangkan
dengan (dibaca
"x-tilde") apabila sumber datanya berasal dari sampel (dibaca
"μ-tilde") untuk median populasi. Median tidak dipengaruhi oleh
nilai-nilai aktual dari pengamatan melainkan pada posisi mereka. Prosedur untuk
menentukan nilai median, pertama urutkan data terlebih dahulu, kemudian ikuti
salah satu prosedur berikut ini:
- Banyak data ganjil → mediannya adalah nilai yang berada tepat di tengah gugus data
- Banyak data genap → mediannya adalah rata-rata dari dua nilai data yang berada di tengah gugus data
a. Median data tunggal:
Untuk menentukan median dari data tunggal, terlebih dulu kita harus
mengetahui letak/posisi median tersebut. Posisi median dapat ditentukan dengan
menggunakan formula berikut:
dimana n = banyaknya data pengamatan.
Median apabila n
ganjil:
Contoh 5:
Hitunglah median dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini: 8; 4;
5; 6; 7; 6; 7; 7; 2; 9; 10
Jawab:
- data: 8; 4; 5; 6; 7; 6; 7; 7; 2; 9; 10
- setelah diurutkan: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7; 7; 8; 9; 10
- banyaknya data (n) = 11
- posisi Me = ½(11+1) = 6
- jadi Median = 7 (data yang terletak pada urutan ke-6)
Nilai Ujian | 2 | 4 | 5 | 6 | 6 | 7 | 7 | 7 | 8 | 9 | 10 |
Urutan Data ke- | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |
Median apabila n
genap:
Contoh 6:
Hitunglah median dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini: 8; 4;
5; 6; 7; 6; 7; 7; 2; 9
Jawab:
- data: 8; 4; 5; 6; 7; 6; 7; 7; 2; 9
- setelah diurutkan: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7; 7; 8; 9
- banyaknya data (n) = 10
- posisi Me = ½(10+1) = 5.5
- Data tengahnya: 6 dan 7
- jadi Median = ½ (6+7) = 6.5 (rata-rata dari 2 data yang terletak pada urutan ke-5 dan ke-6)
Nilai Ujian | 2 | 4 | 5 | 6 | 6 | 7 | 7 | 7 | 8 | 9 |
Urutan Data ke- | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
b. Median dalam distribusi frekuensi:
Formula untuk menentukan median dari tabel distribusi frekuensi adalah
sebagai berikut:
b = batas bawah kelas median dari kelas selang
yang mengandung unsur atau memuat nilai median
p = panjang kelas median
n = ukuran sampel/banyak data
f = frekuensi kelas median
F = Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas
lebih kecil dari kelas median (∑fi)
Contoh 7:
Tentukan nilai median dari tabel distribusi frekuensi pada Contoh 3 di atas!
Jawab:
Kelas
ke-
|
Nilai
Ujian
|
fi
|
fkum
|
|
1
|
31
- 40
|
2
|
2
|
|
2
|
41
- 50
|
3
|
5
|
|
3
|
51
- 60
|
5
|
10
|
|
4
|
61
- 70
|
13
|
23
|
|
5
|
71
- 80
|
24
|
47
|
←letak
kelas median
|
6
|
81
- 90
|
21
|
68
|
|
7
|
91
- 100
|
12
|
80
|
|
8
|
Jumlah
|
80
|
- Letak kelas median: Setengah dari seluruh data = 40, terletak pada kelas ke-5 (nilai ujian 71-80)
- b = 70.5, p = 10
- n = 80, f = 24
- f = 24 (frekuensi kelas median)
- F = 2 + 3 + 5 + 13 = 23
(3) Mode
Mode adalah data yang paling sering muncul/terjadi. Untuk menentukan modus,
pertama susun data dalam urutan meningkat atau sebaliknya, kemudian hitung
frekuensinya. Nilai yang frekuensinya paling besar (sering muncul) adalah
modus. Modus digunakan baik untuk tipe data numerik atau pun data kategoris. Modus tidak dipengaruhi oleh nilai
ekstrem. Beberapa kemungkinan tentang modus suatu gugus data:
- Apabila pada sekumpulan data terdapat dua mode, maka gugus data tersebut dikatakan bimodal.
- Apabila pada sekumpulan data terdapat lebih dari dua mode, maka gugus data tersebut dikatakan multimodal.
- Apabila pada sekumpulan data tidak terdapat mode, maka gugus data tersebut dikatakan tidak mempunyai modus.
Meskipun suatu gugus data mungkin saja tidak memiliki modus, namun pada
suatu distribusi data kontinyu, modus dapat ditentukan secara analitis.
- Untuk gugus data yang distribusinya simetris, nilai mean, median dan modus semuanya sama.
- Untuk distribusi miring ke kiri (negatively skewed): mean < median < modus
- untuk distribusi miring ke kanan (positively skewed): terjadi hal yang sebaliknya, yaitu mean > median > modus.
Hubungan antara ketiga ukuran tendensi sentral untuk data yang tidak
berdistribusi normal, namun hampir simetris dapat didekati dengan menggunakan
rumus empiris berikut:
Mean - Mode = 3 (Mean - Median)
a. Modus Data Tunggal:
Contoh 8:
Berapa modus dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini:
- 2, 4, 5, 6, 6, 7, 7, 7, 8, 9
- 2, 4, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 8, 9
- 2, 4, 6, 6, 6, 7, 8, 8, 8, 9
- 2, 4, 5, 5, 6, 7, 7, 8, 8, 9
- 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Jawab:
- 2, 4, 5, 6, 6, 7, 7, 7, 8, 9→ Nilai yang sering muncul adalah angka 7 (frekuensi terbanyak = 3), sehingga Modus (M) = 7
- 2, 4, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 8, 9 → Nilai yang sering muncul adalah angka 6 dan 7 (masing-masing muncul 3 kali), sehingga Modusnya ada dua, yaitu 6 dan 7. Gugus data tersebut dikatakan bimodal karena mempunyai dua modus. Karena ke-2 mode tersebut nilainya berurutan, mode sering dihitung dengan menghitung nilai rata-rata keduanya, ½ (6+7) = 6.5.
- 2, 4, 6, 6, 6, 7, 8, 8, 8, 9 → Nilai yang sering muncul adalah angka 6 dan 8 (masing-masing muncul 3 kali), sehingga Modusnya ada dua, yaitu 6 dan 8. Gugus data tersebut dikatakan bimodal karena mempunyai dua modus. Nilai mode tunggal tidak dapat dihitung karena ke-2 mode tersebut tidak berurutan.
- 2, 4, 5, 5, 6, 7, 7, 8, 8, 9 → Nilai yang sering muncul adalah angka 5, 6 dan 7 (masing-masing muncul 2 kali), sehingga Modusnya ada tiga, yaitu 5, 6 dan 7. Gugus data tersebut dikatakan multimodal karena modusnya lebih dari dua.
- 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 → Pada gugus data tersebut, semua frekuensi data sama, masing-masing muncul satu kali, sehingga gugus data tersebut dikatakan tidak mempunyai modusnya
b. Mode dalam Distribusi Frekuensi:
dimana:
Mo = modal = kelas yang memuat modus
b = batas bawah kelas modal
p = panjang kelas modal
bmo = frekuensi dari kelas yang memuat
modus (yang nilainya tertinggi)
b1= bmo – bmo-1 = frekuensi
kelas modal – frekuensi kelas sebelumnya
b2 = bmo – bmo+1 =
frekuensi kelas modal – frekuensi kelas sesudahnya
Contoh 9:
Tentukan nilai median dari tabel distribusi frekuensi pada Contoh 3 di atas!
Jawab:
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
fi
|
|
1
|
31 - 40
|
2
|
|
2
|
41 - 50
|
3
|
|
3
|
51 - 60
|
5
|
|
4
|
61 - 70
|
13
|
|
→ b1 = (24 –
13) = 11
|
|||
5
|
71 - 80
|
24
|
← kelas modal
(frekuensinya paling besar)
|
→ b2 =(24 –
21) =3
|
|||
6
|
81 - 90
|
21
|
|
7
|
91 - 100
|
12
|
|
8
|
Jumlah
|
80
|
- Kelas modul =kelas ke-5
- b = 71-0.5 = 70.5
- b1 = 24 -13 = 11
- b2 = 24 – 21 = 3
- p = 10
Selain tiga ukuran tendensi sentral di atas (mean, median, dan mode),
terdapat ukuran tendensi sentral lainnya, yaitu rata-rata ukur (Geometric
Mean) dan rata-rata harmonis (Harmonic Mean)
(4) Rata-rata Ukur (Geometric Mean)
Untuk gugus data positif x1, x2, …, xn,
rata-rata geometrik adalah akar ke-n dari hasil perkalian unsur-unsur datanya.
Secara matematis dapat dinyatakan dengan formula berikut:
Dimana: U = rata-rata ukur (rata-rata geometrik) n = banyaknya sampel Π =
Huruf kapital π (pi) yang menyatakan jumlah dari hasil kali unsur-unsur data.
Rata-rata geometrik sering digunakan dalam bisnis dan ekonomi untuk menghitung
rata-rata tingkat perubahan, rata-rata tingkat pertumbuhan, atau rasio rata-rata
untuk data berurutan tetap atau hampir tetap atau untuk rata-rata kenaikan
dalam bentuk persentase.
a. Rata-rata ukur untuk data tunggal
Contoh 10:
Berapakah rata-rata ukur dari data 2, 4, 8?
Jawab:
atau:
b. Distribusi Frekuensi:
xi = tanda kelas (nilai tengah)
fi = frekuensi yang sesuai dengan xi
Contoh 11:
Tentukan rata-rata ukur dari tabel distribusi frekuensi pada Contoh 3 di
atas!
Jawab :
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
fi
|
xi
|
log xi
|
sssnnnxhhcbbdsdsdaddd
|
1
|
31 – 40
|
2
|
35.5
|
1.5502
|
3.1005
|
2
|
41 - 50
|
3
|
45.5
|
1.6580
|
4.9740
|
3
|
51 - 60
|
5
|
55.5
|
1.7443
|
8.7215
|
4
|
61 - 70
|
13
|
65.5
|
1.8162
|
23.6111
|
5
|
71 - 80
|
24
|
75.5
|
1.8779
|
45.0707
|
6
|
81 - 90
|
21
|
85.5
|
1.9320
|
40.5713
|
7
|
91 - 100
|
12
|
95.5
|
1.9800
|
23.7600
|
8
|
Jumlah
|
80
|
149.8091
|
(5) Rata-rata Harmonik (H)
Rata-rata harmonik dari suatu kumpulan data x1, x2, …,
xn adalah kebalikan dari nilai rata-rata hitung (aritmetik mean).
Secara matematis dapat dinyatakan dengan formula berikut:
Secara umum, rata-rata harmonic jarang digunakan. Rata-rata ini hanya
digunakan untuk data yang bersifat khusus. Misalnya,rata-rata harmonik sering
digunakan sebagai ukuran tendensi sentral untuk kumpulan data yang menunjukkan
adanya laju perubahan, seperti kecepatan.
a. Rata-rata harmonic untuk data tunggal
Contoh 12:
Si A bepergian pulang pergi. Waktu pergi ia mengendarai kendaraan dengan
kecepatan 10 km/jam, sedangkan waktu kembalinya 20 km/jam. Berapakah rata-rata
kecepatan pulang pergi?
Jawab:
Apabila kita menghitungnya dengan menggunakan rumus jarak dan kecepatan,
tentu hasilnya 13.5 km/jam! Apabila kita gunakan perhitungan rata-rata hitung,
hasilnya tidak tepat!
Pada kasus ini, lebih tepat menggunakan rata-rata harmonik:
b. Rata-rata Harmonik untuk Distribusi Frekuensi:
Contoh 13:
Berapa rata-rata Harmonik dari tabel distribusi frekuensi pada Contoh 3 di
atas!
Jawab:
Kelas
ke-
|
Nilai
Ujian
|
fi
|
xi
|
fi/xi
|
1
|
31
- 40
|
2
|
35.5
|
0.0563
|
2
|
41
- 50
|
3
|
45.5
|
0.0659
|
3
|
51
- 60
|
5
|
55.5
|
0.0901
|
4
|
61
- 70
|
13
|
65.5
|
0.1985
|
5
|
71
- 80
|
24
|
75.5
|
0.3179
|
6
|
81
- 90
|
21
|
85.5
|
0.2456
|
7
|
91
- 100
|
12
|
95.5
|
0.1257
|
8
|
Jumlah
|
80
|
1.1000
|
Perbandingan Ketiga Rata-rata (Mean):
Karakteristik penting untuk ukuran tendensi sentral yang baik
Ukuran nilai pusat/tendensi sentral (average) merupakan nilai
pewakil dari suatu distribusi data, sehingga harus memiliki sifat-sifat berikut:
- Harus mempertimbangkan semua gugus data
- Tidak boleh terpengaruh oleh nilai-nilai ekstrim.
- Harus stabil dari sampel ke sampel.
- Harus mampu digunakan untuk analisis statistik lebih lanjut.
Dari beberapa ukuran nilai pusat, Mean hampir memenuhi semua persyaratan
tersebut, kecuali syarat pada point kedua, rata-rata dipengaruhi oleh nilai
ekstrem. Sebagai contoh, jika item adalah 2; 4; 5; 6; 6; 6; 7; 7; 8; 9 maka
mean, median dan modus semua bernilai sama, yaitu 6. Jika nilai terakhir adalah
90 bukan 9, rata-rata akan menjadi 14.10, sedangkan median dan modus tidak
berubah. Meskipun dalam hal ini median dan modus lebih baik, namun tidak
memenuhi persyaratan lainnya. Oleh karena itu Mean merupakan ukuran nilai pusat
yang terbaik dan sering digunakan dalam analisis statistik.
Kapan kita menggunakan nilai tendensi sentral yang berbeda?
Nilai ukuran pusat yang tepat untuk digunakan tergantung pada sifat data,
sifat distribusi frekuensi dan tujuan. Jika data bersifat kualitatif, hanya
modus yang dapat digunakan. Sebagai contoh, apabila kita tertarik untuk
mengetahui jenis tanah yang khas di suatu lokasi, atau pola tanam di suatu
daerah, kita hanya dapat menggunakan modus. Di sisi lain, jika data bersifat
kuantitatif, kita dapat menggunakan salah satu dari ukuran nilai pusat
tersebut, mean atau median atau modus. Meskipun pada jenis data kuantitatif
kita dapat menggunakan ketiga ukuran tendensi sentral, namun kita harus
mempertimbangkan sifat distribusi frekuensi dari gugus data tersebut.
- Bila distribusi frekuensi data tidak normal (tidak simetris), median atau modus merupakan ukuran pusat yang tepat.
- Apabila terdapat nilai-nilai ekstrim, baik kecil atau besar, lebih tepat menggunakan median atau modus.
- Apabila distribusi data normal (simetris), semua ukuran nilai pusat, baik mean, median, atau modus dapat digunakan. Namun, mean lebih sering digunakan dibanding yang lainnya karena lebih memenuhi persyaratan untuk ukuran pusat yang baik.
- Ketika kita berhadapan dengan laju, kecepatan dan harga lebih tepat menggunakan rata-rata harmonik.
- Jika kita tertarik pada perubahan relatif, seperti dalam kasus pertumbuhan bakteri, pembelahan sel dan sebagainya, rata-rata geometrik adalah rata-rata yang paling tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar